sendi dasar bermain catur V

BAB V

KETENTUAN-KETENTUAN DAN CIRI-CIRI PEMBUKAAN

Tidak mungkin bagi kita menyusun ketentuan-ketentuan yang mutlak berlaku bagi semua pembukaan. Untuk itu masing-masing pembukaan sangat berbeda dalam maksudnya, tujuan dan ciri-cirinya. Sesuai dengan tinjauan umum kita dalam empat bab terdahulu, dari empat kelompok ciri-ciri tersebut, marilah sekarang kita coba pilih yang luar biasa pentingnya untuk pembukaan.

Yang pertama kita temukan ialah kelincahan gerak Gajah di medan tengah. Masalah Gajah bagus terutama menonjol dalam Gambit Menteri seperti sudah kita saksikan pada partai pertama. Dalam hubungan dengan medan-tengah, kita tahu bahwa langkah Kg1 – h3 pada umumnya lebih baik diganti dengan Kg1 – f3 karena dengan langkah terakhir ini ada dua petak di medan-tengah yang dikuasainya: d4 dan e5.

Namun metode untuk penanganan pembukaan yang dapat kita gali dari ciri-ciri ini masih tetap samar, khususnya untuk pembukaan e4 – e5. Memang dalam garis besarnya kita mendapat petunjuk, apa yang tidak boleh dilakukan, tapi tidakada tentang apa yang harus kita lakukan.

Karena itu dianjurkan agar kita meneliti lebih lanjut dan tunduk pada ketentuan-ketentuan pembukaan dari Dr. Lasker yang lebih positif.

Di sini kita ingin memperingatkan para pembaca bahwa ketentuan-ketentuan ini mempunyai keberatan yang sama bagi hampir setiap penuturan yang positif atau dengan kata lain: semakin banyak tersisa kesempatan-kesempatan bagi pengecualian. Juga dalam ketentuan-ketentuan dari Dr. Lasker ini masalah keberatan tadi sering muncul secara nyata sekali. Karena itu lebih baik bila kita memahami dasar pokok yang sesungguhnya dari ketentuan-ketentuan ini agar dengan demikian kita dapat mengetahui, dalam hal-hal mana ketentuan-ketentuan ini bisa berlaku dan mana yang tidak. Tidak perlu kita kemukakan lagi bahwa juga Dr. Lasker sendiri yang pertama-tama memperingatkan kita tentang arti relatif dari ketentuan-ketentuan yang disusunnya ini. Empat macam ketentuan itu berbunyi sebagai berikut (bentuknya sedikit berubah):

  1. Mainkanlah sekurang-kurangnya satu bidak ke medan-tengah, dan jangan lebih dari dua,
  2. Keluarkanlah Kuda lebih dulu, baru kemudian Gajah,
  3. Lebih baik jangan menjalankan/memainkan buah yang sama sampai dua kali dalam pembukaan,
  4. Jangan dijalankan Gajah ke g5 (g4) guna mengikat Kf6 (Kf3) sebelum pihak lawan rokade pendek.

Sekarang marilah kita bahas secara cermat setiap ketentuan ini secara terpisah.

1. Mainkanlah sekurang-kurangnya satu bidak ke medan-tengah, dan jangan lebih dari dua.

Bagian pertama dari ketentuan ini cukup jelas dan cocok sekali dengan pendapat kita mengenai medan-tengah. Tanpa bidak di medan-tengah akan sukar bagi kita memperoleh pengaruh yang lumayan di sana. Bidak-bidak lawan tentu akan menempati atau menguasai semua petak-petak di medan-tengah itu serta merintangi perkembangan yang layak bagi aktivitas buah catur kita.

Lihatlah umpamanya : 1. g2 – g3, e7 – e5 2. Gf1 – g2, d7 – d5. Bidak-bidak Hitam menguasai petak-petak tengah yang terpenting dan tidak memungkinkan bagi para perwira Putih untuk mendudukinya. Selain itu, kebebasan bergerak dari Gg2 sangat dibatasi.

Namun ada juga pembukaan (umpamanya dalam Permainan Sayap) yang dapat menunda pendudukan di medan-tengah tanpa harus mengalami kerugian. Tentang ini kita akan melihatnya pada Bab X.

Nasehat Lasker agar jangan lebih dari dua bidak dimainkan ke medan-tengah, bagi kita kurang jelas maksudnya. Perlu diingatkan bahwa yang dimaksud medan-tengah di sini dalam arti yang diperluas, jadi (bagi Putih) tidak hanya d4 dan e4, tetapi juga c4 dan f4 dari mana petak-petak d5 dapat diawasi. Yang diperingatkan oleh Lasker adalah formasi bidak seperti c4 – d4 – e5 atau c4 – d4 – e4 – f4. Formasi semacam ini dapat menyebabkan terjadinya petak-petak lemah. Bahaya ini memang dapat juga muncul dari setiap langkah bidak (bidak b2 yang dimajukan ke b4 dapat melemahkan petak c3 maupun c4). Tetapi karena memainkan sampai tiga atau empat bidak-bidak tengah dapat menimbulkan kelemahan pada petak-petak tengah yang penting, haruslah kita sangat berhati-hati dalam memajukan bidak-bidak ini. Satu contoh yang baik untuk menguatkan ketentuan dari Lasker ini dapat kita ikuti dari permainan empat bidak Hindia berikut: 1. d2 – d4, Kg8 – f6 2. c2 – c4, g7 – g6 3. Kb1 – c3, Gf8 – g7 4. e2 – e4, 0 – 0 5. f2 – f4, d7 – d6 6. Kg1 – f3, c7 – c5. Medan-tengah Putih yang terlalu lebar sangat mudah digugat oleh Hitam dan dapat menimbulkan kelemahan yang luar biasa bila kurang hati-hati melanjutkannya. Umpanya: 7. d4 – d5, e7 – e6 8. Gf1 – d3, e6xd5 9. c4xd5, Md8 – b6 10. Gd3 – c2, c5 – c4 11. Md1 – e2, Bf8 – e8, dan Putih segera mengalami kesulitan-kesulitan.

Contoh terkenal lainnya, berasal dari Permainan tiga bidak Hindia:1. d2 – d4, Kg8 – f6 2. c2 – c4, g7 – g6 3. Kb1 – c3, Gf8 – g7 4. e2 – e4, 0 – 0 5. Kg1 – f3, d7 – d6 6. Gf1 – e2, Kb8 – d7 7. 0 – 0, e7 – e5 8. d4xe5, d6xe5 (lihat diagaram 32)

Di sini terlihat bahwa dengan dimainkannya bidak –c dan –e oleh Putih menyebabkan lemahnya petak d4. Hitam mempunyai kesempatan pada suatu saat menduduki petak itu karena sementara ini petak d4 tersebut sudah dikuasai oleh bidak e5.

DIAGRAM 32

Keadaan setelah 8. ….. d6xe5

Sampai di sini kita belum boleh menarik kesimpulan bahwa sistem yang dipilih Putih itu tidak berharga sama sekali. Seandainya Putih tidak melakukan penukaran di e5 (langkah ke-8), tentu tidak akan terjadi petak lemah d4.

Jadi nyatalah bagi kita bahwa ketentuan dari Lasker tadi tidak berlaku secara mutlak. Peringatan yang dapat kita petik ialah bahwa medan-tengah yang diduduki secara berlebihan dapat dengan mudah pula menimbulkan kerugian.

2. Keluarkanlah Kuda lebih dulu, baru kemudian Gajah.

Untuk ketentuan ini ada dua motif yang ingin kita kemukakan:

a. Sesuai dengan pendapat kita tentang medan-tengah, tempat Kuda yang terbaik adalah di c3 (c6) dan f3 (f6), karena dari sanalah Kuda-kuda itu secara bersama-sama mengawasi keempat petak-petak tengah yang sudah kita kenal. Dengan Gajah masalahnya lain sama sekali. Kadang-kadang Gf1 dimainkan ke c4 untuk mengancam f7. Lain kali dijalankan ke b5 untuk mengikat Kc6. Sering pula terjadi Gajah ini lebih menguntungkan bila ditempatkan di d3, e2 atau g2. Semua itu tergantung pada formasi tengah pihak lawan. Di sini ternyata bahwa perkembangan perwira Gajah selalu harus disesuaikan dengan maksud dan tujuan pihak lawan. Dengan kata lain: petak-petak yang paling baik buat Kuda sudah tersedia sejak semula, sementara untuk Gajah baru dapat ditetapkan pada saat berlangsungnya tahap pembukaan. Inilah alasan pertama dari nasehat Lasker agar Kuda dikeluarkan lebih dulu.

b. Motif kedua ada juga hubungannya dengan medan-tengah. Karena pengaruh yang diperoleh atas medan-tengah ini luar biasa pentingnya, adalah perlu sekali secepat mungkin kita mengarahkan para perwira ke medan-tengah. Taktik semacam ini kita namakan ‘sentralisasi’. Taktik ini memperkuat petunjuk Lasker tentang Kuda, mengingat penguasaan petak-petak tengah paling cepat dan paling mudah dilaksanakan oleh Kuda. Hanyalah tiga langkah yang diperlukan, termasuk langkah yang mutlak dari bidak tengah. Sebagai akibat dari kemampuan Kuda untuk melompati bidak-bidak, prestasinya dalam hal ini jauh melampaui daya Gajah. Bila kita teliti berbagai macam pembukaan, akan terlihat bahwa tidak banyak terjadi penyimpangan dari ketentuan Lasker ini. Hal itu tidaklah disebabkan oleh nilai dari ketentuan itu sendiri.

Seperti halnya dengan tiga ketentuan lainnya, pertama dimaksud untuk memberikan pedoman umum agar memudahkan pengambilan keputusan dalam keadaan-keadaan tertentu dan dengan demikian juga menggantikan tugas teori pembukaan sampai batas-batas tertentu. Kemungkinan bagi pengecualian-pengecualian tetap terbuka dan merupakan dasar bagi teori pembukaan. Namun apabila dasar-dasar umum sudah dipenuhi, maka uraian yang cermat mengenai berbagai kemungkinan – yaitu yang dinamakan teori – tidak diperlukan lagi. Walaupun teori itu cukup luas pengertiannya bila diingat jumlah kemungkinan yang diperhitungkan, tapi bidangnya hanya kecil saja. Selebihnya berlaku ketentuan-ketentuan umum.

Selanjutnya janganlah diartikan kalau ketentuan ‘keluarkan Kuda lebih dulu’ tidak dituruti, maka langkah-langkah yang lain pasti kurang kuat atau kurang terarah. Terutama pemain Putih bisa saja tanpa resiko menyimpang dari ketentuan ini. Begitulah umpamanya setelah 1. e4, e5 2. Kf3, Kc6, lanjutan dengan 3. Gc4 yang mengancam bidak f7 atau 3. Kc3 guna memperkuat keamanan di medan-tengah, kedua-duanya sama baiknya. Sebaliknya dalam berbagai pembukaan terbukti bahwa Hitam memperoleh kedudukan yang memuaskan bila mengikuti baik-baik ketentuan ini dan mengeluarkan kedua Kudanya secepat mungkin. Dalam partai Sepanyol (1. e4, e5 2. Kf3, Kc6 3. d4, exd4 4. Kxd4) juga lanjutan 4. … Kf6 kebanyakan dianggap sebagai langkah terbaik. Contoh-contoh semacam ini dapat kita perbanyak bila kita mau.

Kita menduga Lasker mendasarkan ketentuan-ketentuan itu pada pembukaan e4 – e5. Di luar dari itu sebaiknya kita bersikap hati-hati, terutama yang menyangkut ketentuan no. 2 dan – akan terbukti nanti – juga ketentuan no. 4. Dalam bidang yang dimaksud, yaitu pembukaan e4 –e5, ketentuan-ketentuan no.2 dan no.4 sangat berguna sebagai pegangan khususnya bagi pemain baru dalam menangani tahap pembukaan.

3. Jangan jalankan buah yang sama sampai dua kali dalam pembukaan.

Orang yang berulang kali memainkan buah yang sama, akan mengalami keterbelakangan. Lawannya akan memperoleh kelebihan dalam memobilisir pasukan-pasukannya, dan keuntungan yang bersifat sementara ini dapat berubah menjadi faktor yang menentukan. Bila Putih sudah mengeluarkan empat perwira sedangkan Hitam hanya dua, maka dalam berbagai kejadian dia memperoleh kesempatan untuk segera melancarkan serangan yang menentukan, terutama apabila Raja Hitam kurang terlindung secara baik. Nampaknya Lasker dalam hubungan dengan ketentuan ini masih tetap terikat pada pembukaan e4 – e5. Dalam golongan pembukaan ini, posisi Raja umumnya kurang aman, baik karena segera dibukanya lajur –e atau karena ancaman berganda terhadap f7. Satu-satunya alat penyelamat ialah rokade. Sering terjadi Hitam berada dalam situasi yang kritis. Mengingat tempo pertarungan yang cepat dan tajam yang merupakan ciri dari golongan pembukaan e4 – e5, adalah penting sekali untuk tidak melalaikan perkembangan dengan cara berulang kali memainkan buah yang sama.

Tentu saja ketentuan Lasker ini berlaku juga terhadap pembukaan lain. Seandainya kita bebas memilih antara mengikuti atau menolak ketentuan Lasker ini, maka pastilah pilihan kita jatuh pada yang pertama. Bila pelaksanaan dari suatu rencana tertentu menghendaki pelanggaran terhadap ketentuan ini, tentulah bisa saja kita lakukan asal ada kepastian bahwa keberatan yang umumnya menyangkut pelanggaran itu, kurang atau sama sekali tidak berarti dalam keadaan yang sedang dihadapi.

4. Jangan mainkan Gajah ke g5 (g4) guna mengikat Kf6 (Kf3) sebelum lawan rokade pendek.

Ketentuan ini berlaku khusus untuk pembukaan e4 – e5, itupun semuanya, yaitu bilamana Gajah f1 (f8) sudah ke luar dari kerangka bidak (e5 – d6 atau d3 – e4). Ikatan terhadap Kf6 (Kf3) pada dasarnya memang kuat kalau lawan sudah menjalankan 0 – 0. Tetapi ikatan itu bisa mengakibatkan kerugian bilamana lawan belum rokade. Sebagai penjelasan kita berikan dua contoh: diagram 33 dan diagram 34.

Dalam diagram 33 ikatan terhadap Kf6 mempunyai arti yang menentukan. Kuda itu tidak bisa bergerak mengingat ancaman terhadap Menterinya. Juga Menteri Hitam praktis ikut terikat sebab bila dia jalan umpamanya ke d7, maka dengan Gxf6 sayap-raja Hitam akan berantakan. Akibat dari rusaknya rokade sayap-raja ini sudah kita ketahui dari diagram 28.

DIAGRAM 33

Putih yang giliran melanjutkan:

1. Kc3 – d5

Serangan terhadap Kuda yang terikat ini menempatkan Hitam dalam kesulitan yang tidak teratasi, sebab langkah seperti Mc8 mengakibatkan hilangnya satu bidak dan Md7 malah rugi satu perwira karena Gxf6. Hitam tidak bisa berbuat apa-apa untuk membebaskan diri dari ikatan Putih. Usaha 1. …. h6 digagalkan oleh 2. Kxf6+, gxf6 3. Gxh6, yang menambah kemenagan kualitas untuk Putih mengingat ancaman Mg4+.

Bila Hitam bertahan dengan

1. ….. Rg8 – h8

Maka setelah

2. f2 – f4

nasibnya segera ditentukan. f6 tak mungkin dipertahankan lagi.

Bila Hitam yang giliran melangkah (dari diagram 33), dia masih bisa bertahan asal sedikitnya dia melihat bahaya yang kita uraikan tadi dan segera mengambil langkah-langkah yang perlu guna melenyapkan ikatan terhadap Kf6.

Hal itu juga dapat dilakukannya dengan tiga cara: Md7, Ke7 atau h6 disusul dengan g5. Untuk dua pilihan yang pertama Putih dapat merobek sayap-raja lawannya dengan Gxf6.

Untuk pilihan yang ketiga sayap-raja Hitam menjadi lemah karena majunya bidak-bidak pelindung Raja, walaupun tidak terlalu parah. Jadi 1. ….. h6! merupakan pembelaan Hitam yang terbaik. Praktek mengajarkan bahwa kelemahan di sayap-raja dalam keadaan-keadaan tertentu tidak selalu berarti kerugian. Banyak juga permainan yang membuktikan bahwa lajur –g yang terbuka oleh Gxf6 menjadi basis serangan Hitam terhadap pertahanan Raja Putih. Juga melepaskan ikatan melalui h6 dan g5 ada kalanya merupakan permulaan serangan sayap terhadap bangunan rokade Putih, terutama jika Hitam belum rokade atau bermaksud rokade ke sayap lain.

Di sinilah letak penjelasan dari ketentuan Lasker no. 4 ini. Jika Hitam belum menjalankan 0 – 0, maka gerakan h6 dan g5 sama sekali tidak berarti suatu kelemahan. Malahan sebaliknya bisa menguntungkan seandainya Putih sudah rokade pendek.

Patokan ini berlaku juga bagi Putih dalam situasi yang serupa dengan h3 dan g4. Ikatan terhadap Kf6 (Kf3) dalam contoh ini tidak mempunyai nilai yang positif, malah sering negatif. Lihat diagram 34.

Diagram 34

Diagram 34 moga-moga dapat memperjelas segala sesuatu

1. ….. h7 – h6

2. Gg5 – h4

Dengan Ge3 Putih sebenarnya dapat kembali ke jalan yang benar.

2. ….. g7 – g5

3. Gh4 – g3

Gajah ini sekarang kehabisan langkah dan kedudukannya sangat buruk. Dalam situasi ini dan sejenisnya, formasi tengah d6 – e5 mempunyai arti yang penting. Bila Hitam menyusun formasi yang lain (umpamanya e6 – d5), maka pengusiran terhadap Gajah itu seringkali membawa akibat yang tidak menyenangkan.

Hitam dalam bangunan ini memiliki dua lanjutan yang kuat:

a. 3. ….. Kf6 – h5, disusul dengan 4. ….. Kh5 – f4. Kuda ini memberikan tekanan yang amat kuat terhadap pertahanan Putih. Bila Putih kini atau nanti menjalankan Gg3xf4 guna melenyapkan Gajahnya yang tidak aktif itu, maka Hitam akan memperoleh lajur penyerangan yang terbuka setelah g5xf4.

b. 3. ….. h6 – h5 dengan ancaman h5 – h4. Putih akan terpaksa membuka petak pelarian bagi Gg3 dengan h2 – h4 atau h2 – h3. Kedua langkah itu berarti kelemahan yang serius dalam bangunan Raja Putih dan memberi kesempatan untuk Hitam membuka lajur –g. Sebenarnya ketentuan menurut Bab IIIb sudah dilaksanakan di sini dengan arah terbalik, yaitu menyerbu – melemahkan – membuka lajur (yang seharusnya melemahkan – menyerbu – membuka lajur). Semua ini gara-gara Gg3, yaitu ikatan yang terlalu pagi oleh Gg5 dan lanjutan Gh4 yang ‘konsekuen’.

Dari dua contoh di atas ternyata bahwa ikatan terhadap Kf6 oleh Gg5 bisa sangat menguntungkan bila terjadi pada waktu yang tepat, tetapi dapat mengakibatkan kerugian yang besar jika pelaksanaannya terlalu cepat.

Sepatah kata lagi tentang mengapa ketentuan yang dimaksud itu hanya mempunyai arti terhadap pembukaan e4 – e5. Penjelasannya sangat sederhana dan harus dicari dalam formasi di medan tengah. Pada formasi d3 – e4 melawan d6 – e5, maka petak g3 dan petak g6 merupakan petak-petak yang tidak menguntungkan bagi Gajah c1 atau Gc8, mengingat lajur diagonal h2 – b8 dan b1 – h7 tertutup oleh formasi di medan tengah. Kita katakan Gajah ini menggigit ‘batu karang’. Pada pembukaan yang tidak termasuk kelompok e4 – e5, seringkali kita akan menemukan formasi medan tengah yang berbeda, biasanya d4 – e3 melawan d5 – e6. Dalam hal ini, petak g3 dan petak g6 tidak lagi merupakan petak yang buruk bagi Gajah-menteri kedua pihak, dan ikatan terhadap Kf6 (Kf3) jarang yang sia-sia.

Sekianlah yang mengenai empat ketentuan dari Lasker.

Sekarang ingin kita tambahkan ketentuan kelima.

5. Jangan mainkan Menteri terlalu pagi, dan lebih baik 0 – 0 daripada 0 – 0 – 0.

Kalau Menteri dimainkan terlalu pagi, sering pihak lawan berkesempatan mengusir Menteri ini dengan kemenangan tempo. Umpamanya: 1. e4, e5 2. Mh5, Kc6 3. Gc4, Me7 4. Kc3, Kf6 5. Mf3, Kd4 6. Md1, dan Putih tidak mencapai apa-apa. Di samping itu Hitam dapat bermain tajam dalam menghadapi langkah 2. Mh5 tadi dan menciptakan situasi yang kritis buat Putih. Umpamanya : 1. e4, e5 2. Mh5, Kf6 3. Mxe5+, Ge7 4. Kc3, 0 – 0 5. d32, Be8 6. Mg3, d5 dengan serangan yang kuat. Terhadap 7. Kf3 sudah tersedia: 7. ….. d4 8. Kb1, Kh5 9. Me5, Gb4+ yang melenyapkan Menteri itu dari permukaan papan. Memenangkan bidak secara serakah dan dapat membahayakan diri sendiri kita namakan ‘rakus-bidak’ seperti yang diperlihatkan oleh contoh yang terakhir ini. Tetapi bila kita memainkan Menteri terlalu pagi, memang kita seringkali terpaksa rakus terhadap bidak.

Alasan mengapa rokade pendek lebih disukai daripada rokade panjang ada dua macam. Pertama, 0 – 0 lebih cepat dapat dilaksanakan dibanding 0- 0 – 0. Kedua, bidak-bidak pelindung raja terjaga baik setelah 0 – 0 daripada 0 – 0 – 0, suatu hal yang menyangkut keselamatan Raja. Rokade panjang secara umum dapat dianggap sebagai langkah yang tajam dengan titik beratnya pada penyerangan yang hanya terpuji dalam hal-hal yang luar biasa saja.

Uraian di atas merupakan petunjuk singkat yang dapat dijadikan pegangan dalam tahap pembukaan, terutama sekali dalam menangani pembukaan e4 – e5. Menghafal varian yang panjang-panjang, suatu tugas yang menjengkelkan dan sering pula kurang terarah, sudah tidak diperlukan lagi.

Dan ini juga yang menjadi maksud dari Dr. Lasker dalam merumuskan ketentuan-ketentuannya. Ini terjadi dalam tahun 1895 ketika pembukaan e4 – e5 masih sangat digemari. Karena itulah ketentuan-ketentuan Lasker paling cocok untuk pembukaan golongan ini. Dengan memperhatikan semua itu tadi, ketentuan-ketentuan Lasker ini merupakan pelengkap yang penting terhadap teori yang umum mengenai ciri-ci

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar