sendi dasar bermain catur bab iii

BAB III

CIRI – CIRI ORGANIS

III A KELOMPOK ‘SUSUNAN BIDAK’

Tentang arti dari pada susunan bidak sudah jelas bagi kita ketika membahas medan tengah. Bersamaan dengan itru kita ketaui pula kehadiran petak – petak kuat dan lemah.

Sekarang kita akan meninjau bidak – bidak itu dari segi lain, yaitu sebagai sasaran penyerangan. Apakah bidak – bidak kita berada dalam keadaan berbahaya yang bisa dimakan oleh lawan? Sebuah bidak dikatakan lemah kalau dia mudah diserang, tetapi sukar untuk dipertahankan.Pembedaan antara bidak – bidak berantai, bidak – bidak terpencil dan bidak – bidak tumpuk, mempunyai arti yang penting sekali.

1: Berbagai jenis bidak

DIAGRAM 20

Dalam diagram 20 kita menemukan berbagai formasi : d6 dan e7 adalah bidak – bidak berantai, a4 dan b5 juga berantai dan sekaligus pula bidak – bidak bebas ; e3, b4 dan g4 adalah bidak – bidak terpencil, g2 dan g3 adalah bidak – bidak tumpuk yang terpencil. Bidak c2 kita namakan bidak terbelakang : dia tak bisa maju tanpa ancaman dipukul oleh bidak b4. Terutama sekali bila berada di lajur terbuka, bidak semacam ini semakin lemah kedudukannya. Lajur vertical memberikan bermacam – macam kemungkinan menyerang bagi lawan kita.

Sudah jelas bagi kita bahwa bidak – bidak berantai pada umumnya lebih kuat dari bidak – bidak terpencil. Yang lebih lemah lagi adalah bidak tumpuk yang terpencil. Bidak – bidak tumpuk berantai seperti f2, g2 dan g3sering kali tidak berarti suatu kerugian.

Kita dapat meneliti bahwa beberapa bidak yang terdapat pada diagram 20 ditinjau dari dua hal merupakan suatu kelemahan : karena membiarkan saja petak – petak yang penting (petak – petak lemah = cirri IIB)

Dan karena lemahnya bidak itu sendiri ? (ciri IIIA). Bidak e3 umpamanya mudah diserang dan tentu saja lenah karena sendirian, sedangkan petak lari e4 (begitulah kita namakan petak yang berada dimuka bidak) akan sama juga lemahnya. Khususnya

bidak – bidak terpencil paling sering memperlihatkan dua kelemahan itu pada saat yang bersamaan. Ditilik secara teori yang murni, dua kelemahan tadi akan selalu ada pada bidak terpencil.

Seringkali terjadi yang salah satu kelemahan ini (atau bahkan dua – duanya) dalam praktek tidak ditemukan jalan pemecahannya. Begitulah umpamanya dalam diagram 20, bidak tumpuk putih di g2 dan g3 memang lemah, tetapi petak lari g4 yang merupakan kelemahan yang prinsipil, terhalang oleh bidak hitam dank arena itu tidak berharga bagi perwira – perwira hitam. Didalam praktek banyak kali terjadi seorang pemain karena sesuatu alasan menerima atau dipaksa menerima adanya bidak terpencil, kadang – kadang masih tahap pembukaan. Lawannya dapat menghujani bidak – bidak itu dengan ancaman – ancaman, atau menduduki petak lari bidak itu. Yang terakhir ini sering diabaikan orang walaupun berdasarkan pengalaman biasanya sangat diperlukan.

DIAGRAM 21

Keadaan setelah 8. ….. Ke5 – c6

Bertolak dari diagram 21, berikut ini diberikan contoh yang layak kita pelajari : putih yang giliran melangkah melanjutkan dengan.

9. Gc1 – g5

Lanjutan iniditujukan terhadap bidak d5 yang lemah. Seharusnya putih menjalankan Ge3: pengawasan terhadap d4, yaitu petak yang berada dimuka bidak yang lemah. Kemudian dengan Kf3 dan Kd4 menduduki petak itu yang lama – kelamaan akan merupakan tekanan berat bagi pertahanan hitam.

Sesudah langkah teks diatas, Hitam memperoleh permainan baik.

9. ……….. Gf8 – c5

Langsung mengancam Gxf2+, ndisusul oleh Ke4+ atau Mb6+

10. Md1 – e2+

Satu – satunya cara yang wajar guna ,menangkis kedua ancaman tadi.

10. ………… Gc8 – e6

11. Kg1 – f3 Md8 – b6

Kembali mengancam Gxf6, walaupun Hitam memperoleh kompensasi berupa penguasaan lajur –g terbuka dan pasangan Gajah terhadap bidak tumpuknya.

12. ………… Kf6 – e4

13. Gg5 – h4 h7 – h6

Hitam berada dalam keadaan baik sekali. Ancamannya ialah g7 – g5 menang satu perwira. Pemain Putih keliru menilai situasi dalam diagram 21. Dia seharusnya tidak bertindak berdasarkan ciri III A ( bidak d5 yang lemah ) melainkan menurut ciri IIB

( petak d4 yang lemah ). Mengenai asas-asas strategi tetap tidak berubah. Bila kita ingin menyerang, maka para perwira haruslah terlebih dahulu diatur penempatannya sebaik mungkin tanpa mengabaikan ciri-ciri yang bersangkutan. Susunan yang tepat dari para perwira sering memberikan berbagai rupa kemungkinan menyerang yang muncul dengan sendirinya.

Dapat kita catat kembali, bahwa kompensasi yang wajar dari bidak d5 yang lemah dalam diagram 21 terdiri dari kebebasan bergeraknya yang cukup besar yang dengan cara baik sekali dikmanfaatkan oleh Hitam.

Dalam gerakan yang ditujukan terhadap bidak terpencil pada umumnya adalah penting sekali menduduki petak lari bidak itu dari pada serangan langsung terhadap bidak itu sendiri.

Hal ini tak perlu mengherankan kita. Bila kedua belah pihak mempunyai buah yang sama jumlahnya, maka banyaknya serangan terhadap bidak itu biasanya dapat diimbangi oleh buah yang mempertahankan. Hasilnya: nihil, kecuali kalau buah yang mempertahankan itu letaknya tidak menguntungkan. Faktor ini memang bisa menentukan jalannya pertandingan. Penempatan perwira ( lebih baik Kuda atau Gajah ) di petak lari bidak lawan yang sangat terpencil akan selalu menguntungkan, walaupun sering juga terjadi pihak lawan itu akan memperoleh kompensasi dalam bentuk lain.

Sehubungan dengan diagram 20 kita sudah membicarakan masalah bidak-bidak bebas. Bidak-bidak bebas itu bisa menjadi sangat berarti, terutama yang sudah maju jauh ke muka. Bidak-bidak bebas yang berantai bila sudah berada pada baris keenam seringkali harganya menjadi lebih dari pada Benteng.

Bidak yang terpencil dapat mempunyai dua arti, yaitu:

1. Sebagai bidak bebas, dapat dikatakan menguntungka, jika kemajuannya sukar

dihalang-halangi;

2. Sebagai bidak terpencil, dapat dikatakan merugikan, jika kemajuannya mudah

dicegah terutama dengan jalan menduduki petak larinya. Dalam hal terakhir ini

kita menyebutnya bidak bebas yang tertahan atau terblokir. Bahkan bidak bebas

terjaga yang demikian tinggi nilainya bisa berarti suatu kerugian kalau bertahan

oleh lawan, yakni bila petak larinya dapat digunakan oleh lawan secara terarah.

2 : Kelebihan pada Sayap-menteri

Yang dimaksud di sini adalah formasi sebagai berikut : a2 – b2 – f2 – g2 – h2 melawan a7 – e6 – f7 – g7 – h7. Pihak pertama dalam hal ini Putih mempunyai kelebihan pada sayap menteri, sebaliknya pihak Hitam mempunyai kelebihan pada sayap raja. Dalam hal-hal seperti ini lazim terjadi pihak yang memiliki kelebihan pada sayap menteri berada dalam posisi yang sangat menguntungkan. Sebabnya akan dapat kita saksikan dari diagram 22.

Lihat diagram 22

DIAGRAM 22

Keadaan setelah 18. Bc1 – c3

Di sayap raja, Putih mempunyai empat bidak melawan tiga bidak. Di sayap menteri, Hitam mempunyai tiga bidak melawan dua bidak putih. Kelebihan Hitam pada sayap menetri jauh lebih berarti dari pada kelebihan Putih pada sayap raja. Hitam dapat segera memajukan bidak-bidaknya pada sayap menteri itu dengan tujuan supaya memperoleh bidak bebas tanpa mengalami sesuatu kerugian. Bahkan, semakin jauh bidak-bidak itu maju, semakin besar pula kebabasan bergerak bagi para perwiranya. Jadi kelebihan itu benar-benar merupakan suatu keunggulan.

Persoalannya adalah lain, dengan kelebihan Putih pada sayap raja. Untuk memajukan bidak-bidak pada sayap rajanya, Putih tidak boleh melupakan keselamatan Rajanya sendiri dank arena itu harus bertindak hati-hati. Bila pada permainan tengah dia berhasil memajukan bidak-bidak itu jauh ke depan tanpa membahayakan keamanan Rajanya, maka nilai kelebihan sayap raja ini meningkatdengan hebat, karena dapat merupakan basis yang baik sekali bagi penyerangan terhadap Raja lawan. Namun dalam banyak hal, kelebihan pada sayap menterilah yang lebih utama.

Itu tadi yang menyangkut permainan tengah. Juga dalam permainan akhir, kelebihan pada sayap menteri berarti suatu keuntungan karena Raja lawan yang merupakan buah terbaik untuk mencegat bidak bebas biasanya berada jauh dari sasarannya.

Kelebihan pada sayap menteri memberikan dua macam keuntungan:

1. dalam permainan tengah, bidak-bidak sayap raja menteri lebih mudah

digerakkan ke depan dari pada bidak-bidak sayap raja;

2. dalam permainan akhir, tugas Raja yang harus menahan kelebihan bidak lawan

sayap ment eri selalu jauh lebih sulit apabila dibandingkan dengan tugas yang

sama di sayap raja

Tidak perduli apakah kita mempunyai kelebihan pada sayap menteri atau pada sayap raja, ketentuan yang harus selalu kita ingat ialah agar secepat mungkin memberikan tekanan dengan cara memajukan kelebihan bidak.

Bangunan yang tertera pada diagram 22 pernah terjadi dalam dwilomba antara Mashall Capablanca. Guna memberikan gambaran yang lengkap tentang bagaimana situasi itu terjadinya serta apa akibatnya, berikut ini kita berikan keseluruhan partai tersebut.

Putih : F. Marshall

Hitam : J.R. Capablanca

( Dwilomba 1909 )

1. d2 – d4, d7 – d5 2. c2 – c4, e7 – e6 3. Kb1 – c3, c7 – c5 4. c4xd5, e6xd5 5. Kg1 – f3, Kb8 – c6 6.g2 – g3, Gc8 – e6 7. Gf1 – g2, Gf8 – e7 8. 0 – 0, Kg8 – f6 9. Gc1 – g5.

Langkah yang kurang kuat, Putih sudah baik posisinya dan seharusnya melanjutkan dengan 9. dxc5.

9. …….. Kf6 – e4! 10. Gg5xe7, Md8xe7 11. Kf3 – e5. Kalau sekarang 11. dxc5 maka menyusul 11. ……. Kxc3 dengan permainan baik untuk Hitam.

11. ……. Kc6xd4 12. Kc3xe4, d5xe4 13. e2 – e3, Kd4 – f3+ 14. Ke5xf3. Lebih baik 14. Gxf3 lalu 15. Ma4+.

14. ……. E4xf3 15. Md1xf3, 0 – 0 16. Bf1 – c1.

Atau 16. Mxb7, Mxb7 17. Gxb7, Bab8 disusul oleh 18. ……. Bxb2 untuk keunggulan Hitam. 16. ……. Ba8 – b8 17. Mf3 – e4, Me7 – c7 18. Bc1 – c3. Dengan ini tercapailah bangunan seperti diagram 22.

Dari kelanjutan partai ini kita lihat Hitam secara giat memanfaatkan kelebihan pada sayap menteri dengan sebaik-baiknya.

18. …….. b7 – b5! 19. a2 – a3, c5 – c4! 20. Gg2 – f3, Bf8 – d8 21. Ba1 – d1, Bd8xd1+ 22. Gf3xd1, Bb8 – d8 23. Gd1 – f3, g7 – g6 24. Me4 – c6, Mc7 – e5.

Jika 24. ….. Mxc6 25. Gxc6 maka serangan terhadap b5 akan menyusahkan bagi Hitam.

25. Mc6 – e4, Me5xe4 26. Gf3xe4, Bd8 – d1+

Guna memotong jalan Raja Putih kea rah sayap menteri.

27. Rg1 – g2, a7 – a5 28. Bc3 – c2, b5 – b4 29. a3xb4, a5xb4.

DIAGRAM 23

Keadaan setelah 29. …. a5xb4

30. Ge4 – f3, Bd1 – b1 31. Gf3 – e2, b4 – b3 32. Bc2 – d2. Atau 32. Bc3, Bxb2 33. Gxc4, Bc2! Dan Hitam menang.

32. ……. Bb1 – c1 33. Ge2 – d1, c4 – c3! 34. b2xc3, b3 – b2 35. Bd2xb2, Bc1xd1 dan Hitam menang dengan mudah.

Dari pertain ini jelas sekali terlihat keuntungan yang diperoleh karena kelebihan pada sayap menteri.

3 : Hubungan antara susunan bidak dan petak-petak kuat.

Sebagai penutup dari pembahasan kita tentang susunan bidak, maka berikut ini diberikan sebuah contoh dari praktek yang memperlihatkan hubungan antara petak-petak dan bidak – bidak lemah secara baik sekali.

Diagram 24. terjadi setelah langkah-langkah :

1. d2 – d4, d7 – d5 2. Kg1 – f3. Kg8 – f6 3. e2 – e3, Gc8 – f5 4. GF1 – D3.

DIAGRAM 24

Keadaan setelah 4. Gf1 – d3

Selanjutnya terjadi :

4. …………… e7 – e6

5. Gd3 x f5 e6 x f5

Sebagai kompensasi atas bidak tumpuknya, Hitam menguasai lajur –e yang setengah terbuka maupun petak e4. Karena itu Putih sebaiknya tadi tidak melakukan penukaran.

6. Md1 – d3 Md8 – c8

Putih selain mengancam Mxf5 juga Mb5+ dengan tujuan dapat bidak b7.

7. c2 – c4

Karena e3 – e4 tidak mungkin di lakukan, dengan cara ini Putih berusaha memperbesar kebebasan daya geraknya. Ttetapi ada kerugian besar yang diakibatkannya, karena ternyata nanti petak d5 merupakan petak terkuat bagi Hitam.

Yang tepat ialah 7. b3 disusul dengan c4 dan Ga3 ( menukar Gajah bagus kepunyaan Hitam ).

7. ………… d5 x c4!

8. Md3 x c4 Gf8 – e7

9. 0 – 0 0 – 0

10. b2 – b3

Putih ingin menukar Gc1 yang buruk ( mengingat bidak-bidak e3 dan d4 ) dengan Ge7 yang bagus. Rencana ini tidak bisa dicegah oleh Hitam.

10. …………. Kb8 – d7

11. Gc1 – a3 Kd7 – b6

12. Mc4 – c2 Ge7 x a3

13. Kb1 x a3 Kb6 – d5

14. Ba1 – c1 Kf6 – e4

Karena kelebihan Hitam dapat menguasai petak-petak d5 dan e4 yang kuat, dia berhasil menyususn bangunan yang baik sekali. Marilah kita teliti bangunan ini secara lebih mendalam:

DIAGRAM 25

Keadaan setelah 14. …… Kf6 – e4

Kedua Kuda Hitam berada di medan tengah dan sulit untuk diusir; mengancam bagian-bagian yang penting dari wilayah Putih dan dengan demikian juga merintangi kebebasan bergerak dari para perwira Putih.

Kedudukan Kuda Hitam semacam ini adalah sangat ideal. Sebuah Kuda yang menempati petak kuat tertentu bisa bernilai lebih tinggi dari para perwira lain, karena jarak tempurnya yang pendek-pendek.

Selain itu sejak permulaan hendaklah Kuda bisa ditempatkan sedekat mungkin ke daerah lawan, lebih baik pada petak-petak dari mana dia bisa dengan cepat mencapai setiap daerah yang memerlukannya. Petak-petak di medan tengah dalam hal ini d4, e4, d5 dan e5 merupakan tempat yang paling tepat untuk Kuda. Tetapi untuk mencapai bangunan optimal semacam itu bagi Kuda tergantung pula dari bentuk susunan bidak-bidak. Terhadap semua ini maka faktor-faktor yang tampil ke depan dari diagram 25 adalah sebagai berikut.

Dengan bidak-bidaknya, Hitam dapat mengawasi tiga dari empat petak-petak di medan tengah; petak e4 sudah dikuasainya, d5 dan e5 bisa disitanya melalui c7 – c6 serta f7 – f6. Dalam keadaan sekarang, bidak tumptuk –f merupakan suatu keuntungan karena kedua lajur tengah yang setengah terbuka itu berada Kuda-kuda Hitam. Hal ini mengingatkan kita pada pembahasan ciri ‘lajur setengah terbuka’ sebagaimana pernah diuraikan. Yang disinggung terdahulu hanya menyangkut satu satu lajur setengah terbuka; dua lajur setengah terbuka yang berdampingan letaknya tenttu memberikan kemungkinan-kemungkinan yang lebih luas.

Dalam bangunan seperti tertera di atas, Putih tidak bisa mengerahkan Kudanya ke medan tengah dan juga tidak bisa mengusir Kuda Hitam dari daerah itu, karena petak d4 terisi oleh bidak sendiri, petak e5 tidak berharga bagi Putih Karena kemungkinan f7 – f6. Seterusnya Putih tidak mempunyai bidak –c lagi guna mengawasi petak d5. Akhirnya pelaksanaan langkah f2 – f3 berikut e3 – e4 terbentur pada bermacamragam kesulitan

( Kf3 harus terlebiyh dahulu ditarik ke petak yang kurang penting, f2 – f3 belum boleh dikerjakan sebelum ada jaminan untuk melanjutkannya dengan e3 – e4. Kalau tidak demikian, bidak e3 akan merukan titik lemah yang serius )

Kita lihat bahawa formasi bidak e3 – d4, walaupun tidak dapat dikatakan lemah, dalam keadaan sekarang tidak ada atau sedikit kegunaannya dibandingkan dengan bidak tumpuk Hitam yang sebenarnya merupakan suatu kelemahan kecil.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar