wahdat al-wujud

Wahdat al wujud

Teori dan praktik islami di dasari pada syahadad, ataupun kesaksian bahwa tidak tuhan selain tuhan (Allah)”, pada ungkapan syahadat sering disebut kalimat tuahid(at-tauhid)”pernyataan tentang ke-esa-an tuhan(Allah)”, pengertian dasar tauhid atau pernyataan tentang ke-esa-an tuhan adalah bahwa segala yang ada pada ciptaan (makhluq) adalah berasal dari tuhan(Allah), yang adalah hakikat tunggal. Kata tauhid berasal dari akar kata yang sama sebagai mana wahdat, sama juga dengan kata yang sering di hubungkan dengan ahad, wahid(“ satu”), ahadiyyah, wahdanuyyah.(“ ke-esa-an” dan “ kesatuan”) dan sudah termghtub dalam perkataan Ali r.a “ kita melihat rujukan pada empat makna yng berbeda untuk pernyataan nampaknya sesederhana itu,”tuhan maha esa.”

Beberapa istilah tehnis dalam perkembangan toriqoh/tasawuf dalam pengunkapan pendalaman pemahaman syahadad memerlukan pemahaman yang lebih mendalam, karna sahadat adalah bentuk realitas hubungan antara hamba dan tuhannya. Dan itu merupakan eksistensi mutlak bagi pelaku spiritualis. Dalam hal ini sering beberapa istilah:

wahdat al-wujud, ‘ke-esa-an wujud” “kesatuan eksistensi” sudah dikenal dengan baik . meskipun kalimat ini merujuk kepada ibn.’Arobi, tetapi sering juga digunakan untuk rujukan sufisme lain dalam pandangannya tentang tasawuf, bahkan tokoh-tokoh sebelum Ibn ‘Arobi. Bahkan dalam perkembangan akademisi para sarjana sepakat bahwa jalaluddin rumi mendukung wahdat al-wujud. Akan tetapi jika kalimat ini dianggap jalaluddin rumi mendapat gagasan dan ide dari Ibn ‘Arobi dan murid-muritnya, maka persoalan sejarah dan intelektual yang serius diperlukan dan bermunculan yang memerlukan sisi historis yang jelas.

Ma’ruf Al-karkhi(w-200/815-816)di sebut sebagai sufisme pertama yang mengungkap syahadat dalam bentuk yang sering kali di sebut pada abat-abad belakangan ini. “tidak ada apapun wujud kecuali tuhan.” Abu Al ‘Abbas Qashab (abad ke-4/10) menggunakan istilah serupa” tidak ada sesuatupun di dua dunia ini kecuali tuhan.” Keberadaan sesuatu(maujudzad)- segala sesuatu kecuali wujud nya – adalah tidak ada (ma’dum).

Khwaja Abdillah Anshori (w.481-1089) memberikan formulasi tentang tauhid dalam bahasa Persia dan arab, yang pasti mempengaruhi para penulis selanjutnya. Dalam mendefinisikan lima tingkatan tauhid, dia berbicara tentang tingkat ke tiga sebagai wujud at-tauhid, atau “eksistensi tauhid” “ meninggalkan semua kesaksian masuk dalam kesaksian abadi” dalam paragraph lain anshori merujuk pada “tauhid kaum pilihan” sebagai kenyataan bahwa tidak ada sesuatu melainkan dia”( laisa ghoiruhu ahad) “ lantas apakah tauhid itu? ”tuhan dan tiada yang lain. Sisanya hanya kebodohan (khawas).

Pada masa Al ghozali (w 505/111) istilah wujud sering kali guanakan dalam menjelaskan makna taukhit dalam myskat al anwar al ghozali menggambarkan hasil dari pendakian sepiritual para ahli ma’rifat sebagai berikut. Mereka melihat melalui kesaksian langsung kalau tidak ada wujud kecuali tuhan dan bahwa segala sesuatu adalah binasa kecuali wajahnya”(Qr: surat 28 ayat 88). Al ghozali tidak menggap pengertian tauhid ini sebuah ajaran khusus sufi, yang cocok hanya untuk karya-karyanya yang lebih bersifat esoteric, karna ia melkukan hal yang sama dalam ihya’ ulumuddin. Tidak ada wujud kecuali tuhan… wujud hanya milk hakikat tunggal.” Bagian-bagian sperti itu, yang telah dianggap sebagai pernytaan tentang doktrin wahdat al wujud, jumlahny tak terkira , tetapi marilah kita berpaling kepada ungkapan itu sendiri dan” sang guru agung” syeh akbar muhyidin ibn ‘Arabi (w 638/1240), yang biasanya dianggap menentukan formulasi pertama yang jelas dan rinci.

Syeh akbar muhyidin ibn ‘arobi dalam wahdat al wujud.sedikit tokoh dalam sejarah intelektual islam memiliki pengaruh yang begitu tersebar seperti ibn ‘arobi. Akan tetapi, Para sarjana moderen hanya menghasilkan relative kecil kajian-kajian serius tentang karya-karyanya dan biasanya dengan ruang lingkup terbatas. Ini hampir tidak mengejutkan, karena ibn ‘arobi adalah salah satu penulis muslim yang paling produktif dan paling sulit seluruh karyanya memperlihatkan kecanggihan yang sangat tinggi, yang sesungguhnya tidak untuk di konsumsi umum. Ketika dia menyebut dengan nada meremehkan amma atau orang “awam”, biasanya yang ada dalam benaknya adalah para sarjana isoteris, para hakim, atau para “Pakar formalitas” (ulama ar-rusum) seperti dia menyebut mereka-dengan kata lain, kelas (masyarakat) muslim terdidik dalam pengertian umum istilah tersebut. Tetapi dia juga menggunakan istilah itu bagi para sufi yang belum mampu mencapai tahapan ferifikasi” (tahqiq ) dan terus mengikuti otoritas (taqlid). Ibn ‘arobi mengharapkan pembacanya tidak hanya menjadi pelaku sutisme melainkan juga akrab dengan sebagian besar gudang pengetahuan, khususnya tafsir, hadist, fikih, teologi (kalam) dan filsafat, dia memberi sedikit penghargaan bagi mereka yang tidak mengetahui pengetahuan-pengetahuan ini dengan baik. Karyanya jelas,konsisten dan terstruktur secara logis sekalipun karyanya mungkin kelihatan samar bagi yang tidak faham karyenya. Julukan ganjil kandang ditemukan orang di berikan pada ibn ‘arobi, baik wajana islam ataupun barat modern-misalnya ‘inkoheren’,’panteis’,’bid’ah,monis orang gila dsb. Karena kurang mengertinya terhadap karyanya yang sulit.

Sehingga relative kecil penelitian telaah tentang karya-karya ibn ‘arobi, namun kemasyurannya menyertai wahdat al wujud telah tersebar jauh di luar lingkungan akademesi. Sesungguhnya ibn ‘arobi tidak pernah menggunakan istilah wahdat al wujud dalam karyanya tetapi kerap kali membahas wujud (seperti wahdat,wahdaniyyah dan akhadiyyah).

Tiada yang wujud dalam wujud melalui wujud kecuali sang kebenaran sejati (al-haqq) karena wujud adalah sang kebenaran dan dia adalah satu.

Entitas (‘ayn) dari wujud adalah satu, tetapi sifat-sifatnya (ahkam) berbeda-beda.

Jumlah (‘adad) berasal dari sang satu yang menerima yang kedua, bukan yang satu dari wujud (al wahid al wujud).

Di sini saya ingin menegaskan satu masalah lain berkenaan dengan istilah tersabut. Karena wujud berasal dari akar (kata) w-j-d, “menemukan”, artinya : ia tidak hanya ditemukan dalam suatu pengertian obyektif tetapi juga tindakan menemukan sebagai pengalaman subyaktif. Lebih spesifik lagi, wujud merujuk kepada Tuhan sebagai realitas mutlak dan kepada penemuan Tuhan sebagaimana di alami oleh Tuhan sendiri dan oleh pencari spiritisem. Karenanya ibn ‘arobi sering kali merujuk “orang-orang yang menyingkap selubung dan menemukan” (ahlul-kasyf wal-wujud).

Orang kedua setelah ibn ‘arobi adalah : shadruddin al-qunawi(w- 673H/1274 M) ia adalah anak dari majduddin iskhak teman ibn ‘arobi.dan majduddin iskhak adalah sufisme terpalajar. Ia bertemu ibn ‘arobi di mekah ketika melakukan haji pada tahun (600 h/1204 m), berasal dari Malatya(turki) dari pertemuan itu majduddin mengajak ibn ‘arobi untuk datang ke Malatya menghadiri kelahiran anaknya.dan mereka berangkat ke Malatya tahun (602H/1205-1206 M) ketika kelahiran anak majduddin pada tahun 606 H/1210 M ibn ‘arobi juga menghadiri kelahiran putra majduddin, dan ketika majduddin meninggal maka ibn ‘arobi menikahi jandanya. Maka jadilah shadruddin al qunawi anak tiri sekaligus murit kesayangan ibn ‘arobi. Dan ketika ibn ‘robi meninggal th638 H/ 1240 M pergilah shadruddin al-qunawi ke anatolia dan tinggal di konya. Dan akhirnya berteman dengan jalaluddin rumi. Dan jaluddin rumi pun sempat meminta agar shadruddin al-qunawi memimpin do’a atas meninggalnya. Syadruddin al qunawi meninggal tujuh bulan setelahmeninggalnya jalaluddin rumi.

Sepeninggal al- qunawi ada dua maha siswa nya yang punya pengaruh besar terhadap perkembangan akademisi yang berbasis spiritisme yaitu: mu’ayyiddin jandi (w-609 H/1291 M ) Dalam penjelasannya tantang al-hikamkam nya ibn ‘arobi (fusuh al-hikam) membawa pengaruh besar sebagai inspirator para penafsir-penafsir berikutnya, meski dalam penyampaian tentang wahdat al wujud agak di perhalus disesuaikan dengan kondisi dan kelas masyarakat. Seperti” tak satupunmemiliki wujud, kecuali satu entitas, yang tak lain adalah sang kebenaran”dan ia banyak menulis puisi berbahasa arab dan Persia.

Sa’iduddin farghani (w.99H/1300M)penafsir pertama puisi tentang jalan” (nadzom suluk at-ta’iyyaa) karya ibn farid. Awalnya ia menulis karya ini berbahasa persia berjudul Msyariq ad-darori, kemudian disempurnakan lebih rinci dalam bahasa arab dengan judul muntahal-madarik. Dan al qunawi mencatat dalam teks pendeknya ketika mengadakan perjalanan dari siria ke mesir (th 643 h/1243-1246 M lima tahun setelah kematian ibn ‘arobi) dan pulang ke Anatolia ia menjalaskan “puisi tentang jalan”kepada para sahabatnya serta menerangkan bagian yang tersulit. Hanya sa’duddin farghani yang berhasil menagkap tujuannya.dan ialah yang punya pengaruh besar terhadap akdemisi selanjutnya untuk pembelajaran pesikologis transformasi.yang hampir 60 kali dia menyebut kalimat wahdat al-wujud.

Saudakin wafat (646 H / 1248 M) dan afifudin talimsani adalah pemikir sejaman alkunawi. Mereka berdua adalah penulis lain yang bermuara pada wahdat al wujud karya ibn ‘arobi.

Ibn sab’in wafat (669 H / 1270 M) yang menulis jawaban-jawaban yang terkenal untuk “sisilian question” oleh raja Frederick II Hohenstaufen. Meski a.f.mehren dan L.massignon memperlakukan ibn sab’in sebagai wakil terakhir aliran peripatetic arab dan meskipun ibn sab’in sangat akrab dengan para filosof yunani dan para pengikutnya dalam islam, tulisan-tulisannya yang diterbitkan menunjukkan dirinya terutama sebagai seorang sofi. Kita harus terpaksa setuju dengan pendapat micehel chodkiewicz bahwa ibn sab’in sepenuhnya dipengaruhi perspektif ibn ‘arobi meskipun ia tidak mengakui kenyataan ini dalam karyanya. Dalam karya-karyanya yang menceritakan tentang spiritual an-nafahad al-ilahiyyah, yang dalam salah satu ungkapanya adalahOrang-orang awam dan orang-orang bodoh dikuasai oleh kesementaraan, yakni ke-banyak-an dan pluralitas, sementara kaum terpilih –orang-orang berpengetahuan – didominasi oleh akar- yakni wahdat al-wujud”dia berpegang erat pada akar dan tidak mengalami perpidahan atau transformasi ; dia tetap teguh dalam pengetahuan dan realitas, tetapi dia yang bepegang pada cabang mengalami transformasi dan trasferal,materi menjadi banyak di matanya, sehingga ia menjadi lupa, lalai, dan bodoh.

Awhaduddin balyani (w-686H/1288M)ia adalah tokoh penting yang sejalur dengan ibn sab’in yang terhubung murit karna sahal al-tustari,awhaduddin balyani menulis “Risalah tentang kesatuan” yang diterjemahkan dalam bahasa inggris th 1901 dan sering kali dikutip untuk menggambarkan pemahaman ibn ‘arobi tentang wahdat al-wujud,

“Oleh dirinya sendiri dia melihat dirinya, oleh dirinya sendiri ia mengenal dirinya, tiada seorang pun melihatnya selain dia, dan tiada seorangpun mendahuluinya selain dia, selubungnya adalah ke- esa-an-nya; tida yang menyelubung selain dia, selubungnya adalah penyembunyia wujudnya dalam ke-esa-an-nya, tanpa sifat apapun, nabi-nya adalah dia, dan pengiriman-nya adalah dia, firmannya adalah dia, dia mengirim dirinya sendiri pada dirinya, dan karya ini terus berlanjut”, menjadi himne ekstatis yang disusun sesuai seruan puitis Persia.

Sa’duddin hammuya (w 649H/1252M) murid Persia syayid najmuddin kubra. Dia menghabiskan waktu beberapa tuhun didamaskus tempat betemunya dengan ibn ‘arobi dan sdruddin al-qunawi. Ia mengirim surat kepada ibn ‘arobi untuk mengklarifikasi beberapa pokok tertentu ajarannya, meski karya sa’duddin hammuya lebih dari lima puluh judul tetapi yang di edit hanya satu, di karnakan sadikit menarik minat para sarjana saat itu. Karya-karyanya sulit dimengerti, penuh dengan misteri, diagram-diagram dan lingkaran-lingkaran yang oleh mata akal dan pikiran tak mampu menguraikan. Dan bagian-gagian ajrannya dikutip salah satu muridnya, azizuddin nafazi (w 700 H/1300 M), menyatakan bahwa ia mengungkapkan dirinya sendiri, dalam suatu gaya aforismatis dan eliptis seperti ibn sa’bin, azizuddin nafasimenukil:

Syeh dari segala syeh sa’duddin hamuya ditanya,”apakah tuhan?”

Dia menjawab, “eksistensi (al maujud) adalah tuhan.”

Kemudian dia ditanya “Apakah kosmos?”

Dia menjawab, “tidak ada eksistensi kecuali tuhan”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

SABDA LANGIT mengatakan...

refrensidari keterangan ini :annemarie scaimmel, wiliam c.chittick,hingga victoria holbrook.dan semua dari california unifersiti,

Posting Komentar